Selasa, 23 Mei 2017

rekomendasi wisata kuliner ketika ramadhan di pulau lombok

Hohohoho whatsuuuuppppp
Eh lupa. Asalamualaikum gaiiisssss
Apa kabar ni ? sebentar lagi kita akan kedatangan bulan yang suci yaitu bulan Ramadhan. Biasanya kalo bulan Ramadhan itu akan banyak kegiatan yang membudaya di Indonesia.
Hayooo siapa yang tahu ?
Jeng jeng jeng…  biasanya gaisss kalo di Indoneisia tercinta kita ini ketika bulan Ramadhan tidak jauh dari “ngabuburit, sambil wisata kuliner buat berbuka puasa ditambah buka puasa bareng keluarga dan temen-temen. Waduh waduhh kan kelewat seru tuh…
Nah nah nah kali ini saya akan membagikan informasi buat teman teman dilombok dan yang mau kelombok untuk mencari atau menjelajah kuliner di Lombok untuk berbuka puasa.
Oke mari kita simak dibawah ini..

Rumah makan kania di jalan Panca Usaha di Cakranegara Kota Mataram - Lombok.
Sebenarnya di Kota Mataram - Lombok ini terdapat banyak sekali rumah makan atau restoran yang menjadikan Masakan Ayam Taliwang Citarasa Khas Lombok sebagai menu andalannya. Namun konon kabarnya Rumah Makan Kania ini adalah salah satu rumah makan terbaik dalam soal cita rasa dan penyajian dan juga tempat yang bersih dan layak. Disamping itu pemiliknya adalah orang asli asalKampung Karang Taliwang, salah satu desa yang terletak di Cakranegara Kota Mataram - Lombok, tempat makanan ini berasal sehingga dinamakan Masakan Ayam Taliwang Jadi klop-lah kalau memang begitu. (pemujamakanan.blogspot.co.id)
Di rumah makan ini banya tersedia menu menu khas Lombok gaiss, yang mungkin saya ga akan bocorin jadi dating sendiri ya.. hehehe

Sepanjang jalan Airlangga kota Mataram
Nah nah nah.. knepa dengan jalan Airlangga ? ada apa sebenarnya disana ?? jadi gaiss di sepanjang jalan Airlangga kota mataram ini, banyak sekali orang yang berjualan makanan bahkan ada yang sampai lewat tengah malam. Apa lagi buat anak kos kosan ya yang sibuk kelaparan tengah malam. Jadi gaiss yang berjualan disana itu murah murah dan lumayan enak lah, banyak orang jualan tentu banyak piliha dong gaiss, sudah harganya murah, kuantitas oke dan rasa yang lumayan lah… jadi kalo teman teman melintasi jalan ini, apa lagi waktu orang ngabuburit wadaoww dijamin rame.. jadi kita harus lebih gesit untuk nyari cemilanny gaiss.. wokehhh.

Dapoer Samawa, yang ada di Lombok Epicentrum Mall, Lantai 2, satu lantai dengan XXI
Jeng jeng jeng.. ini rekomendasi final dari saya ya gaisss..
Disini kalian bias temukan makanan khas Sumbawa, jadi kalian ga perlu repot nyebrang pulau lagi, kalian hanya perlu mampir kesini aja udah bias icip icip. Ya walaupun rasanya tidak begitu asli karena harus disesuaikan dengan lidah orang orang Lombok terutama ya gaiss.. tetapi rasanya ga kalah enak kok.. kalo kalo mau tau seberapa mantaffffnya.. ya mampir sendirilah wokeh.. kalau mau cari guide ya bolehlah koment koment siapa tau saya bias bantu habisin makanannya. Hehehe
Oke gaiisss semoga penasaran dan datang kepulau kecil kami ini.

Rabu, 17 Mei 2017

2 surga tersembunyi di LOMBOK


yah karena saya lagi ga mud nulis, tapi kewajiban hrus nulis terpaksa saya mengambil hal ini kawan. semoga para pembaca berminat datang kemari. mari disimak.
inilah dua surga tersembunyi di lombok
Sensasi Pulau Pribadi ala Gili Kendis
Pesona gili-gili di Lombok memang menjadi magnet para wisatawan. Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno, hanyalah secuplik dari ratusan gili yang menawarkan keindahan. Bagi para petualang, berkelana menemukan surga keindahan baru di gili yang masih perawan adalah anugerah.

Memang kebanyakan gili di Lombok masih belum ramah untuk wisatawan. Namun bagi turis yang ingin mendapatkan sensasi keindahan baru bisa mengunjungi Gili Kendis. 
Meskipun hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk mengelilingi, keindahan Gili Kendis dapat mengundang decak kagum.
Belum lagi ketika berada di bawah lautnya. Dijamin, kalian betah berlama-lama di Gili Kendis. Sebagai tambahan, Gili Kendis berada di bagian pesisir Barat Daya Pulau Lombok yang terkenal akan keeksotisan pantai-pantainya. Makin membuat turis jatuh cinta!
Rasakan Ngerinya Air Terjun Tibu Ijo
kenapa ngeri? Konon katanya, kolam yang terdapat di air terjun Tibu Ijo tak berdasar. Daya tarik inilah yang membuat wisatawan bergidik seram, tapi penasaran ingin menjajal kedalamannya.

Wisata alam nan unik ini berada di Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat. Kalian hanya butuh berkendara selama 20 menit saja dari Mataram untuk dapat mencapai lokasi wisata yang masih sangat alami ini. Pemandangan kebun aren dan perbukitan yang menyelimuti air terjun menambah keindahannya. 
Nah, berani untuk coba menceburkan diri di sini?

Kamis, 11 Mei 2017

kisah sang tambora



inilah jejak letusan gunung tambora sejak dua abad lau. mari simak..
Letusan pertama Gunung Tambora terdengar pada 5 April 1815 di Pulau Jawa (Jakarta), terdengar selama 15 menit dan berlangsung sampai kesokan harinya, seperti meriam.
Demikian catatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Thomas Stamfford Raffles, tentang letusan Gunung Tambora dalam memoarnya The History of Java.
Raffles menulis ledakan tersebut sempat disangka meriam yang menyerang pasukan di Yogyakarta. Pada 6 April, sinar matahari tertutup dan ‘hujan abu’ dalam jumlah kecil pun mulai menyelimuti Sulawesi dan Gresik di Jawa Timur.
Catatan tentang letusan Gunung Tambora juga tercantum pada naskah kuno Kerajaan Bima, Bo Sangaji Kai.
“Maka gelap berbalik lagi lebih dari pada malam itu, maka berbunyilah seperti bunyi meriam orang perang, kemudian maka turunlah krisik batu dan habu seperti dituang lamanya tiga hari dua malam,” sebut naskah kuno itu sebagaimana dibacakan ahli filologi Siti Maryam Salahuddin, 88 tahun, yang merupakan putri Sultan Bima terakhir, Muhamad Salahuddin.
Berdasarkan laporan Letnan Owen Philips, selaku utusan Raffles, Raja Sanggar masih hidup dan menjadi saksi peristiwa tersebut.
“Sekitar pukul 7 malam tanggal 10 April terlihat tiga bola api besar keluar dari Gunung Tomboro. Kemudian tiga bola api itu bergabung di udara dalam satu ledakan dahsyat” demikian keterangan Raja Sanggar.
'Tahun tanpa musim panas'
Catatan berbagai saksi mata dan hasil analisis para ahli semakin menegaskan bahwa letusan Gunung Tambora pada 1815 merupakan yang terbesar dalam catatan sejarah modern.
Material vulkanis yang dikeluarkan saat Gunung Tambora meletus mencapai lebih dari 100km kubik atau 100 milliar meter kubik, sedangkan Gunung Merapi 'hanya' memuntahkan 150 juta meter kubik.
“Volcanic Eruption Index Tambora skala 7. Itu yang terbesar dan baru pertama terjadi pada sejarah modern. Sementara Merapi mencapai skala 4,” jelas Surono.
Dampaknya sangat luas. Aerosol sulfat yang dikeluarkan oleh letusan Tambora tertahan di atmosfer sehingga menghalangi sinar matahari ke bumi. Setahun kemudian, gelap masih menyelimuti Benua Eropa pada musim panas. Peristiwa itu kemudian dikenal sebagai 'Tahun tanpa musim panas'.
Letusan tersebut juga menyebabkan ketinggian Gunung Tambora menyusut hampir separuhnya menjadi 2.700 meter dari permukaan laut (mdpl).

Kelaparan

Imbas letusan Gunung Tambora kepada nyawa manusia jauh lebih dahsyat. Dalam laporan kepada Raffles, Letnan Owen Philips menjelaskan kondisi Pulau Sumbawa dan Dompu yang melewati sebagian wilayah Bima. Sebagian besar wilayah Kerajaan Sanggar yang terletak di kaki Gunung Tambora turut hancur.
“Bencana terbesar yang dialami penduduk sangat mengerikan untuk dikisahkan. Mayat-mayat masih bergelimpangan di tepi jalan dan di beberapa perkampungan tersapu bersih, rumah rumah hancur, penduduk yang masih hidup menderita kelaparan,” tulis Phillips.
Sejumlah catatan menyebutkan material vulkanis dari Gunung Tambora juga menyebabkan gagal panen di Pulau Tambora dan Pulau Bali. Akibatnya, sebanyak 100 ribu jiwa meninggal di wilayah sekitar Pulau Sumbawa dan 200.000 jiwa secara global.
Situasi setelah letusan digambarkan dalam naskah kuno Kerajaan Bima yang ditulis pada 1815.
"Maka heran sekalian hambanya, melihat karunia Rabbal’alamin yang melakukan al-Fa’alu-I-Lima Yurid ( Apa yang dikehendakiNya), maka teranglah hari maka melihat rumah dan tanaman maka rusak semuanya demikianlah adanya, yaitu pecah gunung Tambora menjadi habis mati orang Tambora dan Pekat pada masa Raja Tambora bernama Abdul Gafur dan Raja Pekat bernama Muhammad."

Ancaman bencana

Ahli geologi dari Museum Geologi Bandung, Indyo Pratomo, yang terlibat dalam penelitian bersama Haraldur Sigurdsson dari Universitas Rhode Island, Amerika Serikat, pada 2007, menemukan kerangka manusia di Dusun Oi Bura yang dapat digunakan untuk merekonstruksi kejadian saat letusan Gunung Tambora.
“Kerangka yang kita jumpai masih bertahan di tempat pada saat terjadi letusan utama. Mereka kebetulan jatuh masih di bawah rumah sendiri, tertimbun rumahnya sendiri. Mungkin juga pada saat itu hujan karena kita temui endapan lumpur. Jadi diperkirakan dia jatuh di dalam lumpur karena di bagian bawahnya itu utuh dalam artian tidak terbakar,” jelas Indyo.
Dari temuan itu, diduga penduduk di kaki Gunung Tambora ketika itu tidak mengenal ancaman gunung berapi.
Selain Tambora, gunung berapi lain di wilayah Indonesia yang tercatat sebagai letusan besar dalam sejarah modern yaitu Krakatau pada 1883, meski kedahsyatannya di bawah Tambora.
Penelitian internasional pada 2003 menemukan jejak letusan Gunung Samalas di Lombok NTB yang terjadi pada tahun 1257 berupa abu kimia yang terdapat di Arktik Kutub Utara dan Antartika.
Struktur awal gunung purba ini menyisakan kawah besar yang kini lebih dikenal dengan nama Danau Segara Anak. Gunung Purba lain yang meletus pada 74.000 tahun lalu adalah Toba yang menyisakan kawah berupa danau dengan panjang 100 km dan lebar 30 km.
Di Indonesia terdapat 127 gunung berapi, 69 diantaranya dipantau karena pernah meletus sekali sejak 1600 an. Sekitar empat juta orang tinggal di sekitar gunung-gunung berapi tersebut.
Kepala Badan Geologi Surono mengatakan keberadaan gunung berapi tidak hanya memberikan tanah yang subur dan potensi wisata, tetapi juga memunculkan pentingnya edukasi tentang potensi ancaman sebagai upaya untuk pengurangan risiko bencana.

sumber:
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/04/150406_sainstambora